daftar tempat wisata alam yogyakarta

Posted by Berita Karo News Senin, 14 Oktober 2013 0 komentar
Yogyakarta memiliki keduanya, pantai-pantai dan gunung.

Di sebelah utara, Anda bisa bersantai bersama keluarga di Kaliurang atau bermain golf di Merapi Golf. Keduanya memiliki udara pegunungan yang sejuk dan pemandangan alam yang indah ke arah Gunung Merapi.

Sementara di Puncak Suroloyo, Anda bisa menyaksikan puncak Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing dan Sindoro sekaligus. Wisatawan dengan minat khusus ecotourism tidak boleh melewatkan Hutan Wanagama yang juga pernah dikunjungi Pangeran Charles, putra mahkota Kerajaan Inggris.

adapun agar lebih lengkap nya bisa anda baca di bawah ini :

GUA RANCANG KENCONO

GUA RANCANG KENCONO

GUA RANCANG KENCONO
Gua Bersejarah di Bawah Naungan Pohon Klumpit Raksasa

Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya termasuk dalam Kawasan Karst Pegunungan Sewu dengan bentang alam yang unik. Selain fenomena di permukaan (eksokarst) yang berbentuk perbukitan karst, di Gunungkidul juga terdapat fenomena di bawah permukaan (endokarst) yang berbentuk sungai bawah tanah, lembah, telaga, hingga luweng dan gua. Karena itu tak heran jika Gunungkidul memiliki banyak gua yang tersebar di perut bumi. Salah satu gua yang bisa dimasuki siapa saja tanpa peralatan khusus adalah Gua Rancang Kencono yang terletak di Desa Wisata Bleberan.

Berdasarkan buku "Mozaik Pusaka Budaya Yogyakarta" yang disusun oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, Gua Rancang Kencono merupakan gua purba sejajar dengan Gua Braholo yang terdapat di Kecamatan Rongkop, hal ini didasarkan pada penemuan artefak dan tulang belulang yang diperkirakan hidup pada ribuan tahun yang lalu. Gua yang mempunyai ruangan luas dan lapang dengan pohon klumpit (Terminalia edulis) yang diperkirakan sudah berusia lebih dari 2 abad ini pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian dan pertemuan Laskar Mataram pada saat menyusun rencana untuk mengusir Belanda dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena digunakan untuk merancang strategi demi tujuan mulia maka gua ini dinamakan Gua Rancang Kencono.

Untuk memasuki Gua Rancang Kencono cukup menuruni tangga batu yang sudah dibangun sejak dulu. Sebatang pohon klumpit yang tingginya sudah melampaui atap gua menyambut dengan gagahnya. Lubang besar akibat lapuk terlihat di batang pohon menjadi penanda usianya yang sudah renta. Gua Rancang Kencono memiliki sebuah pelataran atau ruang yang luas dan bisa digunakan untuk mengadakan pertemuan. Stalaktit tampak menghiasi langit-langit gua, banyak diantaranya sudah mati sehingga tidak terlihat lagi air yang menetes. Di sebelah ruangan yang luas terdapat ruang kecil dan sempit serta gelap gulita. Untuk memasuki ruang ini YogYES harus melewati sebuah celah kecil dengan merunduk.

 Di dalam ruang yang sempit ini terdapat lukisan bendera merah putih serta kata-kata penyemangat yang ditujukan kepada para pejuang. Baru 10 menit di ruangan udara sudah terasa pengap, kembali ke pelataran pun menjadi pilihan.

Selain relung gua yang sempit dan gelap, di sisi lain juga terdapat lorong yang konon menghubungkan Gua Rancang Kencono dengan Air Terjun Sri Gethuk. Saat memasuki lorong tersebut YogYES harus berjalan jongkok bahkan sesekali merangkak karena langit-langitnya sangat pendek. Menurut pengelola, sebagian lorong tersebut telah runtuh sehingga tidak bisa ditelusuri. Saat malam menjelang, Gua Rancang Kencono yang disinari samar cahaya bulan terlihat mistis sekaligus eksotis. 

Redup cahaya bintang dan sinar lampu taman yang tidak terlalu benderang menjadi teman setia berbincang sambil menikmati secangkir wedang jahe. Derik serangga berpadu dengan desau angin menciptakan simfoni alam yang merdu dan mengiringi obrolan hingga larut malam.


KALIADEM
KALIADEM

Kata orang-orang, pagi hari adalah saat terbaik untuk menikmati pemandangan Gunung Merapi sebelum berselimut kabut. Jadi pukul 07.00 pagi kami sudah berangkat menuju Kaliadem, sebuah kawasan sejuk yang berada di kaki Gunung Merapi, sekitar 25 km utara Kota Jogja. Kami memilih jalur alternatif lewat Maguwo karena jalur itu memiliki lebih banyak sawah ketimbang lewat Jalan Kaliurang. Benar saja, baru beberapa kilometer menjauhi kota, pemandangan hijaunya sawah langsung memanjakan mata, bagaikan lukisan-lukisan Mooi Indie. Udara sejuk pun segera menyergap lewat jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Samar-samar tercium aroma batang padi; baunya segar, seperti bau rumput sehabis dimandikan hujan. Matahari belum tinggi ketika YogYES tiba di Kaliadem, beberapa penduduk setempat tampak mulai bersiap-siap mencari rumput untuk ternak mereka. Walau ada kabut tipis, Gunung Merapi memang terlihat utuh seperti yang diharapkan. Berdiri menjulang hingga 2980 meter di atas permukaan laut, gunung itu benar-benar terlihat gagah. Punggungnya tampak berkilauan ditimpa sinar matahari pagi, sementara puncaknya mengeluarkan asap tipis. Hadirin sekalian, inilah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia!

Di balik penampilannya yang begitu tenang, Gunung Merapi menyimpan kekuatan alam yang dahsyat. Sebagian ilmuwan menduga letusan besar Gunung Merapi adalah penyebab kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Ketika meletus, Gunung Merapi sanggup menyemburkan awan panas (800-1000 derajat celcius) yang meluncur ke bawah dengan kecepatan hingga 70 km/jam. Pada tahun 1930, awan panas dari letusan Gunung Merapi menghanguskan hutan, 13 desa, dan 1400 penduduk dalam sekejap.

Letusan terakhir Gunung Merapi terjadi pada tahun 2006 lalu. Jutaan kubik material vulkanik tumpah di Kali Gendol dan Kali Krasak, sebagian kecil sisanya menerjang Kaliadem dan meninggalkan jejak yang masih bisa kita saksikan. Kaliadem yang dulunya merupakan hutan pinus kini tertimbun pasir, batu, dan material vulkanik lainnya. Di sebelah timur tampak reruntuhan warung yang tertimbun material vulkanik hingga setengah bangunan. Di sebelah barat ada sebuah bunker perlindungan yang ironisnya juga tertimbun material vulkanik setebal 3 meter. Letusan Gunung Merapi tahun 2006 ini turut menewaskan 2 orang yang berlindung dalam bunker tersebut. Butuh waktu berminggu-minggu setelah letusan barulah material vulkanik yang menimbun Kaliadem itu mendingin dan kawasan tersebut bisa dikunjungi lagi.

Namun seperti unjuk kekuatan alam lainnya, letusan Gunung Merapi juga memiliki sisi baik. Abu vulkanik dari Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi tanah di kaki gunung dan ribuan hektar sawah di bawahnya. Jutaan kubik pasir yang dimuntahkan juga telah menghidupi ratusan penduduk setempat yang mencari nafkah dengan menambang pasir. Empat tahun setelah letusan, kawasan Kaliadem sudah hijau dan sejuk lagi. Pohon-pohon pinus yang dulu hangus, kini sudah mulai tumbuh. Kaliadem sekarang menjadi obyek wisata alam tempat menikmati keindahan Gunung Merapi sekaligus menyaksikan bukti bahwa alam memiliki keseimbangannya sendiri.

Puncak Merapi

http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/nature-and-outdoor/merapi/Merapi+1.jpg

GUNUNG MERAPI
Menikmati Sunrise di Gunung Paling Aktif di Indonesia

Kedatangan YogYES di kaki Merapi bertepatan dengan usainya ritual sadranan. Selama beberapa hari diadakannya ritual tersebut base camp ditutup sehingga para pendaki tidak diperkenankan transit melainkan bisa langsung melakukan pendakian. Hal ini dikarenakan base camp Barameru yang juga merupakan kediaman Mbah Min disediakan untuk menjamu para tamu dari dusun tetangga. Tradisi sadranan memang tak bisa dilepaskan dari masyarakat lereng Merapi; ritual ini digelar setiap tahun menjelang bulan Ramadhan untuk menghormati leluhur, juga sebagai sarana mengikat persaudaraan.

Gunung Merapi yang berada dalam satu garis lurus dengan Keraton Jogja dan Samudera Hindia memegang posisi penting dalam masyarakat Jawa. Hal ini dipercaya sebagai suatu trinitas kosmologi yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. Merapi sebagai api, Laut Selatan perlambang air, sementara Keraton adalah penyeimbangnya. Malam ini kami berangkat untuk mendaki sang unsur api, Merapi.

Kami mengambil rute pendakian jalur sisi Utara, yaitu via Dusun Plalangan, Desa Jlatah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Plalangan adalah dusun terakhir bila kita akan melakukan pendakian melalui jalur Selo. Untuk sampai ke sini kita bisa naik angkutan umum dari arah Jogja ke Magelang; turunlah di Blabak lalu lanjutkan naik mini bus jurusan Selo. Untuk mencapai BASE CAMP BARAMERU (MBAH MIN) kita harus berjalan kaki melewati jalan aspal menanjak karena tak ada angkutan umum yang lewat kampung ini. Bila ingin lebih mudah kita bisa menyewa mobil untuk mengantar langsung hingga base camp, tarifnya sekitar Rp 800.000 untuk mengantar dan menjemput dari Jogja. Sebenarnya masih ada jalur lain seperti jalur Deles ataupun Babadan. Namun, rutenya relatif lebih sulit sehingga jalur Selo menjadi favorit para pendaki hingga kini. Sementara itu, jalur Selatan via Dusun Kaliadem sudah tidak bisa dilalui pasca erupsi besar tahun 2010 silam.

Di base camp kita bisa beristirahat dan bermalam, tak ada tarif baku, sepantasnya saja. YogYES dikenai tarif Rp 35.000, sudah termasuk makan 3 porsi. Pendakian kali ini kami ditemani Gimar, seorang ayah muda berusia 22 tahun yang juga merupakan anak bungsu dari Mbah Min. Sehari-harinya Gimar adalah petani dan penjaga pos pendaftaran pendakian. Bila ada pendaki yang perlu bantuannya, Gimar bisa menjadi porter ataupun guide. Jika memerlukan, sampaikan saja pada Mbah Min, maka beliau akan mencarikannya. Tarif untuk porter berkisar Rp 125.000 sementara untuk guide Rp 300.000. Siapkan air secukupnya karena kita tak akan menemui mata air selama perjalanan hingga ke puncak. Jangan lupa membawa jaket bila tak ingin membeku disergap dingin udara gunung.
Lama perjalanan normal mendaki Merapi hingga puncak sekitar 5-6 jam. Empat hingga lima jam pertama dihabiskan melewati base camp hingga pos 3 atau Pasar Bubrah, selanjutnya perjalanan selama sekitar satu jam dari Pasar Bubrah ke puncak. Namun kali ini YogYES berangkat lebih awal karena berencana untuk camping dan mencari spot terbaik untuk menikmati sunrise. Pukul 19.30 kami berangkat. Perjalanan dimulai dengan tanjakan aspal hingga New Selo, selanjutnya berganti dengan jalan setapak melewati ladang tembakau dan kubis milik penduduk. Setelah berjalan selama kurang lebih 1 jam, gapura selamat datang akan menyambut. Sekitar sejam perjalanan dari gapura melewati hutan pinus, kita akan sampai di Pos 1. Dari Pos 1 menuju Pos 2 memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan medan terjal yang menguras tenaga. Rute Pos 2 ke Pos 3 atau Pasar Bubrah relatif lebih mudah meskipun tetap dipenuhi batu. Tak ada penerangan selama perjalanan, jadi pastikan headlamp dalam kondisi prima.

Dalam gelap, bukan berarti tak ada pemandangan yang tak bisa dinikmati. Suasana damai begitu terasa; sayup-sayup terdengar bunyi gamelan dari acara ketoprak yang digelar warga, mengiringi setiap langkah menapaki kerasnya batu sisa-sisa muntahan kawah. Angin pun tak mau ketinggalan dalam pertunjukan, disapanya pohon-pohon agar ikut bersuara, semakin menambah hawa magis Merapi. Saat berhenti sejenak untuk melepas lelah, terlihat di bawah awan ribuan lampu bagaikan kerajaan kunang-kunang. Cobalah menengadah ke atas, jutaan bintang memenuhi langit kelam, seperti taburan serbuk peri yang berkilauan.
Tak terasa kami hampir sampai di Pasar Bubrah, namun kami sengaja tidak segera mendatanginya. Kami putuskan untuk mendirikan tenda di balik sebuah batu besar demi berlindung dari kencangnya angin malam itu. Dari tempat menggelar tenda ini, pemandangan rupawan yang telah kami cicipi tadi bisa lebih puas dinikmati. Seolah berada di dunia lain ketika di bawah kaki terlihat ribuan lampu kota, sedangkan mendongak ke atas para penghuni galaksi Bima Sakti tampak jelas.

Saat mentari datang esok paginya, semua berubah. Gemerlap bintang digantikan cahaya keemasan muncul dari balik Gunung Lawu di sisi Timur, membuat tanah yang kami pijak bak permadani bersulam benang emas dari Persia. Gunung Merbabu dengan tenang duduk di sisi Utara, sementara tiga bersaudara Gunung Slamet, Sumbing, dan Sindoro masih sedikit tertutup kabut di sebelah Barat bagaikan komplek piramida Giza di Mesir. Menikmati suasana Merapi seperti ini seolah mempertanyakan keganasannya yang legendaris, sejenak lupa bahwa gunung ini pernah menelan ribuan nyawa, mengubur peradaban, mengusir Kerajaan Mataram Kuno hingga ke Timur Pulau Jawa.

Kini waktunya melanjutkan perjalanan ke puncak, melewati Pasar Bubrah yang 8000 tahun silam adalah kawah Merapi. Rute penuh pasir dan batu menjadi pilihan satu-satunya, tak ada jalan lain. Pasir dan kerikil tak cukup kuat menahan pijakan, menarik kaki untuk terus-terusan merosot. Magma beku dari erupsi terakhir juga masih terlalu labil hingga harus ekstra hati-hati memilih batu yang tepat, memaksa kita harus merangkak untuk bisa maju selangkah demi selangkah. Setelah sekitar 1 jam, bau belerang menghampiri hidung kami. Berdiri di bibir kawah dari gunung paling aktif di negeri ini tentu sebuah pengalaman tak terlupa, 2914 meter tingginya dari permukaan laut. Pemandangan dari sini tak kalah spektakuler, sehingga perjalanan penuh perjuangan serasa tak berbekas, hilang entah ditelan siapa. Kami sudah di puncak Merapi.

Puncak Merapi ini juga merupakan spot favorit para pendaki untuk menikmati sunrise. Hanya saja, tempat yang sempit dan curam menyulitkan para pemburu gambar untuk bisa berpindah-pindah mencari sudut terbaik, apalagi untuk meletakkan tripod. Sebelum siang datang, kami segera turun. Perjalanan pulang ke base camp memakan waktu sekitar 4 jam. Disinari cahaya matahari, terlihat lahan penduduk di lereng gunung. Kawasan ini adalah daerah subur berkat abu vulkanik yang rutin dikeluarkan kawah Merapi. Sesungguhnya Merapi tak pernah marah; dia hanya menyeimbangkan diri, membagi apa yang dimilikinya untuk alam di sekitarnya.


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: daftar tempat wisata alam yogyakarta
Ditulis oleh Berita Karo News
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://andro-magazine.blogspot.com/2013/10/daftar-tempat-wisata-alam-yogyakarta.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Android - Magazine.